Perang Melawan Pernikahan Dini Anak di Palestina

Perang Melawan Pernikahan Dini Anak di Palestina – Pada tahun 2014, Negara Palestina meratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan dan Konvensi Hak Anak. Perjanjian-perjanjian ini bertujuan untuk melindungi anak-anak dari pernikahan anak di Palestina. Namun, pernikahan anak masih menjadi ancaman bagi anak-anak karena diskriminasi gender dan perjuangan ekonomi.

Penyebab Utama Pernikahan Anak di Palestina

Diskriminasi gender adalah salah satu penyebab pernikahan anak di Palestina. Anak-anak yang tinggal di Jalur Gaza dan Tepi Barat, terutama anak perempuan dan perempuan, menderita kekerasan berbasis gender di seluruh komunitas mereka dan bahkan di keluarga mereka. Beberapa gadis menghadapi pelecehan fisik, seksual dan psikologis. Pada tahun 2015, Women’s Affairs Center (WAC) melaporkan bahwa 65% wanita yang menikah sebelum usia 18 tahun mengalami setidaknya satu tindakan kekerasan di Jalur Gaza. Meskipun Palestina menghasilkan undang-undang dan perjanjian untuk membantu perempuan dan anak-anak, banyak di antaranya sangat luas. Selain itu, mereka tunduk pada berbagai tingkat interpretasi oleh polisi dan lembaga hukum. Karena banyaknya serangan berbasis gender, keluarga menggunakan pernikahan untuk melindungi gadis-gadis ini dari kemiskinan, pelecehan seksual, dan penyerangan. Namun, pernikahan seringkali membawa dampak yang lebih negatif bagi pengantin anak ini.

Kebutuhan untuk kelangsungan hidup ekonomi juga terkait dengan prevalensi pernikahan anak di Palestina. Ketidakstabilan politik telah menyebabkan kemiskinan yang meluas dengan lebih dari separuh keluarga di Palestina hidup di bawah garis kemiskinan. Sebuah survei tahun 2019 menunjukkan bahwa tingkat pernikahan anak tertinggi ada di perkemahan dan Lembah Yordan. Daerah-daerah ini juga paling berjuang dengan pendidikan. Menurut laporan ini, keluarga di daerah ini telah berpaling dari transisi sosial ekonomi dan demografi yang terjadi di Tepi Barat selama dua dekade terakhir. Sementara tingkat pernikahan anak telah menurun di Palestina, daerah-daerah tertentu masih memiliki masalah dalam menjaga keselamatan anak-anak mereka.

Pengaruh Pernikahan Anak di Palestina

Perkawinan anak merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Akibatnya, sering mengakibatkan kehamilan dini dan isolasi sosial. Selain itu, banyak pengantin anak memiliki pengalaman sekolah yang minim, yang memperkuat lingkaran kemiskinan. Di Tepi Barat, 21,3% anak perempuan memiliki kelahiran hidup di bawah usia 18 tahun, dan di Jalur Gaza, jumlahnya 23,8%. Kematian terkait kehamilan adalah penyebab utama kematian pada anak perempuan yang menikah dan belum menikah di bawah usia 18 tahun.

Pernikahan anak memiliki banyak efek jangka panjang pada jiwa anak-anak. Ini berdampak negatif terhadap kemungkinan hubungan dan pekerjaan yang sehat di masa depan. Keterlibatan yang kuat ini memunculkan masalah kepercayaan, membuat korban pernikahan anak terisolasi dan rentan terhadap eksploitasi dan pelecehan. Banyak dari pengantin anak ini tidak menerima dukungan apapun. Selain itu, kesejahteraan sosial pengantin anak juga sering menurun. Perkawinan anak memiliki banyak efek jangka panjang pada kesehatan fisik, psikologis dan sosial anak.

Pria Penentang Pernikahan Anak di Palestina

Freeh Abu T’ema adalah salah satu dari 20 duta perubahan pertama yang bekerja untuk membujuk komunitas mereka untuk menghentikan pernikahan dini. Setelah dua duta besar datang ke rumahnya untuk menghentikan pernikahan putrinya, dia menyadari bahwa pernikahan gadis-gadis muda tidak etis dan memutuskan untuk bergabung dengan para duta besar untuk mengadvokasi perubahan. Dua duta besar yang mengunjunginya adalah Mossa Abu Taema dan Wael Abu Ismael. Pria-pria ini telah menjalani pelatihan dari organisasi berbasis komunitas, Future Brilliant Society, sebagai bagian dari Program Kesetaraan Gender Pria dan Wanita Regional PBB.

Organisasi ini berfokus pada mendidik laki-laki tentang isu-isu kesetaraan gender untuk mempromosikan kesetaraan gender. Pelatihan ini membantu mereka menjadi advokat untuk perubahan. Akibatnya, kelompok itu berkembang menjadi lebih dari 30 pria di Khan Younis timur (dan Jalur Gaza) dan mencegah 50 pernikahan dan terus bertambah.

Freeh Abu T’ema dan duta besar lainnya meningkatkan kesadaran dengan mendidik orang-orang di komunitas mereka. Mengajar orang, memprotes pernikahan dini dan menyumbang untuk amal adalah cara untuk meningkatkan kesadaran tentang pernikahan dini di Palestina.


Read More.. Perang Melawan Pernikahan Dini Anak di Palestina